Kurs Mata Uang Asing
Penguatan rupiah terhadap  dolar AS akhir-akhir ini lebih dipengaruhi  oleh faktor  pasokan dolar  yang naik akibat banyaknya spekulan  asing yang masuk membawa dolar.
Kurs mata uang asing merupakan nilai tukar dari matauang lokal, misalnya Rupiah, terhadap mata uang asing, misalnya Dolar Amerika.
Nilai tukar antara  dua matauang biasanya ditentukan oleh: (1) kekuatan dan potensi ekonomi  dua negara pemilik matauang tersebut, (2) jumlah uang, baik yang  beredar aktif maupun yang pasif dari masing-masing mata uang tersebut.  Faktor yang pertama tersebut merupakan konsep yang sangat subyektif dan  samar dan karena itu angka tepat dari hal tersebut sulit diketahui  dengan pasti, dan tidak dapat ditentukan atau diukur dengan pasti  melainkan hanya merupakan kira-kira saja; ia lebih merupakan hasil  plebisit dari para pelaku pasar matauang.
Jika suatu matauang  dinilai sudah tidak menggambarkan kenyataan nilai yang sebenarnya maka  para pelaku pasar matauang akan mengubah asumsi mengenai kedua hal  tersebut, akibatnya kurs matauang akan berubah. Misalnya jika para  pelaku pasar menduga bahwa kekuatan ekonomi Indonesia selama ini telah  dinilai 4 kali lipat terlalu tinggi, sehingga kurs mata uang Indonesia  juga 4 kali lipat daripada yang seharusnya, maka mereka akan segera  ‘mengoreksinya’. Inilah yang sesungguhnya terjadi pada waktu krisis  moneter pada tahun 1998. Pada waktu itu para spekulan, yang kemudian  diikuti beramai-ramai oleh masyarakat segera menjual rupiah dan  membeli dolar; karena mereka menilai kurs atau harga dolar terhadap  rupiah terlalu rendah daripada yang seharusnya. Akibatnya kurs dolar  terhadap rupiah meloncat dari Rp. 2.200 per 1 dolar menjadi Rp.15.000 per  dolar, sampai akhirnya mencapai titik yang agak stabil di sekitar  Rp.10.000 per dolar, sampai sekarang. Demikanlah nilai kurs rupiah  terhadap dolar dikoreksi atau direvaluasi oleh pasar sampai hanya  tinggal seperempatnya ; yang mencerminkan juga direvaluasinya perkiraan  kekuatan ekonomi Indonesia yang tercermin dari nilai uang pasifnya;  karena uang pasif mencerminkan tingkat kredit, dan tingkat kredit  mencerminkan tingkat pengerahan sumberdaya ekonomi masyarakat untuk  ditransformasikan menjadi faktor-faktor produksi, yaitu menjadi mesin  ekonomi.
Selanjutnya nilai  tukar antar mata uang akan selalu berubah-ubah dipengaruhi oleh: (1)  tingkat inflasi di kedua negara, (2) tingkat resiko masing-masing  negara, (3) tingkat sukubunga simpanan di kedua negara, (4) preferensi  terhadap mata uang tertentu, dan yang paling menentukan adalah (5)  tingkat pasokan dan permintaan mata uang asing tersebut di negara  setempat. Jika mesin produksi suatu negara mempunyai kapasitas cukup  besar dan berjalan dengan baik maka penurunan nilai tukar yang terjadi  akibat faktor ke-5 hanya merupakan gejolak sementara yang dapat diredam  dengan mudah.
Misalnya jika  permintaan akan mata uang dolar di Indonesia naik maka kurs atau harga  dolar akan naik tehadap rupiah. Hal ini menyebabkan harga beli barang di  Indonesia menjadi lebih murah bagi para pemegang dolar. Dan para  eksportir di Indonesia yang menjual produknya dalam dolar mendapatkan  rupiah yang lebih banyak. Dengan demikian ini mendorong orang di luar  negeri untuk mengimpor dari Indonesia dan sekaligus merangsang para  pengusaha di dalam negeri untuk mengekspor barang. Hal ini menyebabkan  dolar mengalir masuk. Dan ketika pasokan dolar naik maka kurs dolar  terhadap rupiah kembali turun. Demikianlah terdapat mekanisme otomatis  yang akan mengadakan penyesuaian kembali untuk menstabilkan kurs dolar  terhadap rupiah.
Tingkat resiko negara (country risk)  adalah tingkat resiko yang disebabkan oleh adanya faktor ketidakpastian  mengenai keadaan politik, keamanan dan ekonomi di suatu negara.yang  dapat menyebabkan tergerusnya nilai tukar mata uang lokalnya.  Negara-negara yang dinilai mudah bergejolak mempunyai tingkat resiko  negara yang tinggi pula. Semakin stabil keadaan suatu negara semakin  stabil pula nilai tukar matauangnya. Makin stabil nilai tukar (inflasi  dan kurs) maka makin baik matauang tersebut sebagai alat penyimpan  kekayaan, dan hal ini merupakan suatu nilai lebih.
Tingkat sukubunga  (simpanan) disuatu negara merupakan peredam terhadap tingkat inflasinya.  Jika tingkat sukubunga simpanan lebih rendah daripada inflasi maka  dengan berlalunya waktu nilai riil matauang tersebut akan tergerus oleh  inflasi. Akibatnya nilai tukarnya terhadap matauang lain juga melemah,  kecuali jika matauang lain itu nilainya tergerus inflasi juga dalam  tingkat yang sama atau lebih tinggi. Jika inflasi di Indonesia 7% sedang  sukubunga simpanan adalah 6% sehingga nilai riil simpanan dalam rupiah  berkurang 1%; sedang di Amerika Serikat inflasi 3% dan sukubunga  simpanan 4% sehingga nilai riil simpanan dalam dolar Amerika naik 1%;  maka kurs dolar Amerika akan menguat sebesar 2% terhadap rupiah. Jika country risk Indonesia bertambah menjadi lebih besar 1% dibandingkan dengan Amerika maka penguatan Dolar Amerika pun bertambah menjadi 3%.
Jika tingkat sukubunga simpanan riil dikurangi dengan country risk di Indonesia lebih kecil daripada di Amerika Serikat maka para penabung  akan terdorong untuk menukarkan rupiahnya dengan dolar (akibatnya  permintaan akan dolar naik, kemudian kurs rupiah akan melemah terhadap  dolar) dan menyimpan dananya di AS. Sehingga selama tidak ada  keseimbangan maka kurs dolar terhadap rupiah akan naik secara terus  menerus, dan dana dari Indonesia mengalir keluar. Jadi agar tidak  terjadi pelarian dana dan pelemahan kurs rupiah terus menerus tersebut  maka sukubunga simpanan di Indonesia harus dinaikkan sebesar 3% sehingga  menjadi 9% agar terdapat keseimbangan.
Dari gambaran mekanisme  penyesuaian kurs tersebut dapat dimaklumi bahwa ketika bank sentral  Amerika Serikat (Federal Reserve) menaikkan sukubunganya maka semua  negara akan bereaksi pula dengan menaikkan pula sukubunganya. Kalau  tidak maka uang dan devisa dari negara-negara tersebut akan tersedot  keluar, ke Amerika Serikat, dan kurs mata uang mereka terhadap Dolar  Amerika akan anjlok. Seperti air mengalir ke tempat yang lebih rendah,  demikianlah dana global akan mengalir ke tempat yang lebih memberikan  keuntungan.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar