Visitors
Rabu, 26 September 2012
Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Lipsus Fiksiana Freez Home Olahraga Bola Artikel Bola Yusuf Abdillah TERVERIFIKASI Jadikan Teman | Kirim Pesan Pencinta Olahraga, khususnya sepak bola http://yusufabdillah.wordpress.com/ 0inShare Ketika Messi Menunjuk Langit OPINI | 14 December 2010 | 15:32 Dibaca: 516 Komentar: 3 Nihil 12923155411933057818 (lionelmessi.co.uk) Tak habis rasanya kekaguman ini jika membicarakan Lionel Messi. Kagum karena si Kutu ini memang mengagumkan. Sudah 27 gol dilesakannya dalam 22 laga. Tak sedikit gol yang masuk dalam kategori luar biasa, dua di antaranya lahir Senin (13/12) dini hari lalu, saat Barcelona melibas Real Sociedad 5-0. Gol yang pertama lahir lewat kerjasama luar biasa apik dengan Daniel Alves dan yang kedua lewat aksi individu fantastis. Semuanya lahir di tengah kerumunan pemain belakang Sociedad yang dibuatnya tunggang-langgang. Dan, sekali lagi kita menyaksikan Messi mengarahkan teluntuknya ke langit, ritual yang selalu dilakukannya saat selebrasi gol. Selebrasi yang selalu dialamatkan kepada sang nenek tercinta, Celia, fans nomor satu Messi. Mendiang nenek memang memiliki porsi besar dalam perjalanan karier Messi. Tanpa campur tangan sang nenek yang wafat 1998 silam, dunia sepak bola tak akan memiliki pemain seajaib Messi. Baginya, sang nenek adalah talent scout paling jeli sedunia. Nenek Celia yang pertama kali melihat dan menyadari betapa besar talenta Messi. Berawal dari sebuah bola yang dibelikannya kepada sang cucu saat berusia 3 tahun yang sebelumnya senang menendang-nendang benda apa saja yang berbentuk bulat. Nenek Celia pula yang meminta ibunda Messi (juga bernama Celia) untuk membiarkannya bermain sepak bola. Nenek yakin, sepak bola tak akan menyakiti cucunya. Sang nenek pula yang meminta Salvador Aparicio, pelatih yang juga kenalan keluarga Messi, melihat lebih jauh bakat Messi. Kebetulan saat itu Aparicio sedang mencari pemain untuk timnya yang akan ikut turnamen sepak bola anak-anak usia tahun. Aparicio sendiri adalah pelatih dari kedua kakak Messi, Rodrigo dan Matias. Setelah melihat Messi menendang-nendang bola ke tembok, Aparicio kepincut dan meminta izin kepada ibu Messi agar anaknya masuk ke dalam tim. Awalnya sang bunda menolak karena secara fisik Messi jauh lebih kecil dari anak seumurannya. Di sinilah sang nenek kembali berperan dan sukses meyakinkan jika sepak bola tak akan membahayakan Messi. Selain itu, untuk lebih menenangkan sang ibu, Aparicio mengatakan akan menempatkan Messi di sayap kanan. Alasannya, agar dekat dengan tempat ibunya menonton. Dan, keputusan sang bunda untuk melepas Messi berbuah manis. “Anak itu bermain seperti telah memainkan bola sepanjang hidupnya,” kata Aparicio mengenang. “Tanpa nenek, saya tak akan bisa mulai bermain sejak dini,” kata Messi yang hingga kini selalu mengenang momen tersebut. Setahun kemudian, Messi pun direkrut Newell’s Old Boy, klub yang dikenal sebagai penghasil pemain timnas terbanyak di Argentina. Talenta Messi berkembang pesat di klub ini. Julukan El Pulga alias si kutu pun lahir karena Messi memang bak kutu, kecil dan mengganggu. Saat berusia 10 tahun, tinggi badan Messi hanya 125cm atau 10cm lebih pendek dari rata-rata. Awalnya, postur tak menjadi masalah bagi klub. Messi bahkan menjadi daya tarik tersendiri tiap kali tim berlatih atau bertanding di kandang. Messi selalu diminta “manggung” memperlihatkan kelihaiannya dalam mengolah bola (juggling) saat half-time. Namun, lambatnya perkembangan tubuh Messi membuat klub meminta keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter Diego Scharstein. Messi didiagnosis Growth Hormone Deficiency (GH) parsial atau kekurangan horman pertumbuhan. Nyaris setahun Messi menjalani berbagai tes untuk mengetahui obat terampuh. Messi akhirnya diharuskan menyuntikan hormon setiap harinya. “Seperti membersihkan gigi. Awalnya orang selalu bertanya ada apa tiap kali saya menyuntikan hormon. Lama-lama mereka terbiasa,” kata Messi. Masalahnya, pengobatan ini tak murah, terutama bagi keluarga sederhana seperti Messi. Awalnya asuransi dari perusahaan sanag ayah bisa menutupi biaya. Namun, baru beberapa bulan berjalan, krisis moneter melanda Argentina. Pembiayaan dari asuransi dan klub terhenti. Sang ayah memutuskan untuk mencari klub yang mau membiayai pengobatan Messi. Tak satu pun yang bersedia, termasuk River Plate yang awalnya sangat tertarik pada talenta Messi. Keberuntungan rupanya tak lari dari Messi. Josep Maria Minguella, agen pencari bakat bagi Barcelona datang ke Argentina. Rupanya kabar tentang bocah ajaib sudah menyeberang lautan. “Saya tak terbiasa mencari pemain yang terlalu muda bagi Barca. Namun dua kolega saya di Argentina memaksa untuk menengok. Mereka bilang ada seorang calon pemain fenomenal,” ujar Minguella. Minguella pun berhasil mengatur jadwal tes dan Messi dan sekeluarga pun terbang ke Barcelona. Minguella pun sukses membujuk Carlos Rexach, saat itu sebagai Direktur Olahraga Barcelona untuk hadir dalam tes. Tak butuh waktu lama, hanya beberapa menit melakukan pertunjukan juggling, sudah Rexach terkesima dan berjanji akan merekrut Messi ke La Masia. Namun, belum ada kesepakatan hitam di atas putih. “Kontrak anak saya dan bawa serta semua keluarga ke sini atau saya akan mencari klub lain,” kata sang ayah Jorge kepada Rexach saat berbincang di sebuah restoran. Gertakan Jorge berhasil, Rexach langsung menuliskan kesepakatan tertulis saat itu juga. Karena tak ada kertas, maka serbet (tisu makan) restoran pun dipakai. Messi pun resmi direkrut Barcelona dan mendapat perawatan yang dibutuhkannya. Kini, tinggi Messi sekitar 169cm, jauh lebih tinggi dari prediksi yang menyebut pertumbuhannya akan terhenti pada 150cm. Terkait hijrahnya Messi ke Barcelona, rupanya ada hal tak sedap yang tertinggal. Pihak Newell’s menolak tegas kabar yang menyebut pihaknya tak mau membiayai perawatan Messi. Mereka mengaku tak mampu menutup semua biaya, namun tetap rutin mengirimkan uang tiap bulannya. Pihak Newell’s juga mengatakan pihaknya tak tahu Messi meninggalkan klub. Mereka hanya tahu Messi sedang mengalami demam. Kenyataannya Messi dan ayahnya terbang ke Spanyol. Keluarga Messi sendiri tak begitu menanggapi hal ini. “Satu-satunya alasan Newell’s begitu karena mereka sudah kehilangan seorang pemain kelas dunia,” kata Claudio, paman Messi. Kini, Messi adalah bintang besar dunia yang memiliki daya sihir. Aksi-aksinya membuat sepak bola lebih berwarna. Jalan baginya masih amat panjang. Gol demi gol pun masih akan disajikannya. Kita pun akan masih melihat ritual menunjuk langit, demi Celia, nenek terkasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar